Pages

Minggu, 29 November 2015

yahudi ortodoks



YAHUDI ORTODOKS
Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Yudhaisme”
Dosen pengampu:
Maufur, MA


Disusun oleh:
Binti Nadhiroh                  (933110713)
Perbandingan Agama
Ushuluddin dan Ilmu Sosial
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
 Kediri
2015


  1. Latar Belakang
Ketika kita mendengar nama Yahudi Orthodoks, dalam benak kita langsung membayangkan hal yang kuno dan tertinggal. Orthodoks mengakui garis dari keyahudian hal ini berarti yahudi hanya mengakui seseorang yang lahir dari laki-laki yahudi dan wanita yahudi, selainnya tidak. 
Yahudi orthodoks ini menggunakan kitab taurat sebagai pedoman dalam menjalankan hidup sehari-hari. Kelompok Yahudi orthoks sering disebut dengan kelompok Yahudi Ultra-Orthodoks. Kelompok ini dalam menjalankan ritual peribadatan memiliki kemiripan dengan orang islam. Selain itu, kelompok Yahudi orthodoks ini berpenampilan serba hitam dan menutupi seluruh anggota tubuh kecuali mata untuk kaum wanita.
  1. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah Yahudi Orthodoks?
2.      Bagaimana Pengertian Yahudi Orthodoks?
3.      Bagaimana ritual beribadah Yahudi Orthodoks?


  1. Sejarah Singkat Yahudi Orthodoks

Menurut seorang pemerhati Yudhaisme yang juga seorang Master Judaic Studies, Chaviva Gordon-Bennett, kata Haredi berasal dari bahasa Ibrani (Harada) yang artinya “karena takut” dan dapat definisikan sebagai “one who trembles in awe of God”. Haredi meyakini bahwa Tuhan telah menulis kitab Taurat, mereka ketat sekali mengamalkan Hukum Yahudi (disebut Halaska) dan menolak mencampurkan dengan hal-hal yang sifatnya kontemporer.
Kelompok Yahudi Haredi adalah kelompok Yahudi Ortodoks yang paling konservatif. Pengikut Yahudi atau Yahudisme Haredi dijuluki sebagai Haredi. Kadang mereka disebut juga dengan Ultra-Ortodoks, walaupun mereka sendiri sebenarnya tidak mau dinamai dengan sebutan itu.
Haredi hanya mengakui garis keturunan Yahudi yang lahir dari rahim wanita Yahudi yang menikah dengan pria Yahudi. Selain dari itu, mereka tidak mengakuinya. Berbeda dengan beberapa sekte lain di kalangan Yahudi, yang masih mengakui garis Yahudi, walaupun sudah ada campuran dengan yang bukan darah Yahudi.
Pada tahun 1890 muncul ide Zionisme, para elit Yahudi mulai mengajak dan merekrut pendukung paham Zionisme pada kaum Yahudi, baik di Eropa maupun Amerika. Sebagian besar orang Yahudi ortodoks kala itu menentang, karena mereka percaya bahwa negara Yahudi akan muncul dengan campur tangan “ilahi”. Dari situlah kelompok-kelompok konservatif Yahudi bermunculan.
Pada abad ke-19, akibat arus industrialisasi yang terjadi di Eropa, menyebabkan lahirnya kelompok-kelompok Yahudi yang anti-sekulerisme dan mereka mengisolasi diri. Pimpinan Haredi yang ternama pada era itu adalah tokoh-tokoh di Eropa Timur seperti Rabbi Chaim Volozhin (1749-1821) dan Rabbi Yisrael Meir Kagan, atau lebih dikenal dengan nama Chofetz Chaim (1838-1933).
Kandidat doktor jurusan Studi Budaya (Cultural Studies) di Universitas Minnesota, AS, yang mempelajari literatur perbandingan tentang budaya Yahudi, Raysh Weiss, memaparkan fenomena gerakan Yahudi ultra-ortodoks terjadi di Polandia pada tahun 1912. Terbentuknya Agudas Yisroel, yaitu sebuah gerakan sosial Yahudi adalah salah satu tanda munculnya perlawanan dari kelompok Yahudi ultra-ortodoks.
Organisasi itu dibuat untuk menghadang arus sekularisasi yang semakin meningkat di kalangan Yahudi di seluruh dunia, Agudas Yisroel bertujuan menjaga dan memelihara ajaran Taurat, dibentuk atas koalisi kelompok Yahudi Hasidim dan Mitnagdim, yaitu dua kubu utama Yahudi Haredi yang sebelumnya berseteru. Organisasi ini berfungsi sebagai payung Yahudi ultra-ortodoks yang menentang gerakan Zionis.[1]
Kaum utra-Orthodoks menentang Zionisme politik dengan sengit. Rabbi Moshe Schonfed, misalnya, berpendapat bahwa Zionisme menyebabkan genosida terhadap kaum Yahudi dengan menghancurkan basis reigius dan spiritual untuk eksistensi Yahudi. Rabbi Moshe Leib-Hirsch meringkas tingkat penentangan Neturei Karta terhadap Zionisme dengan menyatakan, “Kami tidak akan menerima Negara Zionis bahkan jika orang-orang Arab mau menerimanya.”
Pada januari 1986, Central Rabbinical Congress non-Zionis dari Amerika Serikat dan Kanada, mewakili kaum Yahudi Orthodoks dan Hasidis, mengeluarkan sebuah pernyataan yang menyerang Zionisme dan Kebijakan Israil terhadap Palestina. Pernyataan itu antara lain:
Merupakan tugas kami untuk mencela mereka yang memanggil nama Tuhan dengan sia-sia. Merupakan kewajiban sucu kami dan tanggung jawab moral kami untuk menyeru kepada mereka: berhenti menggunakan kepalsuan dan bid’ah ini untuk membenarkan diri kalian dan perilaku kalian. Iman yahudi, sebagaimana yang telah diturunkan oleh Tuhan kepada nenek moyang kita tidak akan pernah menyetujui doktrin-doktrin Zionis dan Nasionalistis Negara Israel. Doktrin-doktrin palsu ini tersusun dari ateisme dan zionisme anti-agama, ideologi-ideologi yang asing bagi agama Yahudi. Jangan sampai mereka disalahtanggapi oleh dunia sebagai orang Yahudi.[2]

  1. Pengertian Yahudi Orthodoks
Yahudi orthodoks Adalah golongan umat yahudi yang masih berpegang teguh dan taat sepenuhnya kepada tradisi-tradisi lama mereka. Mereka tetap berkeyakinan, bahwa seluruh isi Taurat, mutlak diwahyukan oleh Tuhan kepada nabi Musa. Sebab itu mereka mengamalkan dan tetap menerima semua hukum Musa, termasuk semua larangan-larangannya. Juga setia mensucikan waktu Sabbath. Mereka tetap memakai bahasa Yahudi dalam upacara-upacara kebaktian di Synagogue. Mereka mendirikan sekolah-sekolah khusus, untuk mendidik dan mengajarkan sejarah yahudi dan dasar-dasar bahasa Yahudi kepada anak-anak mereka.[3]
Umat Yahudi Orthodoks adalah pengikut tradisional dari yudhaisme rabinik yang menganggap diri mereka satu-satunya pemegang teguh iman Israel. Yudhaisme orthodoks menekankan keaslian wahyu dalam kitab suci, khususnya Taurat, dan kekuasaan hukum para rabi dengan interprestasinya dalam Talmud. Umat yahudi ortodoks berkewajiban memelihara 613 perintah taurat, yang disebut mitzuot. Pada satu batasan tentang umat ortodoks, mereka adalah Yahudi Ultra-Ortodoks mereka yang takut pada Allah dan hukum-Nya. Pada batasan lain, mereka adalah orang ortodoks modern, yang mengikuti pengajaran Samuel Raphael Hirsch (1808-88), rabi dan para ahli pikir Jerman, dan mempercayai perpaduan antara Taurat serta ajaran Barat.[4]

  1. Ritual Yahudi Ortodoks
Kelompok haredi mengisolasi diri dari masyarakat luas, mereka membatasi kontak dengan dunia luar. Kehidupan mereka hanya seputar mempelajari Taurat, berdo’a dan bergaul dengan keluarga. Mereka menjauhi televisi, internet, film, dan hal-hal modern lain. Mereka cenderung memiliki perekonomian sendiri, sistem pendidikan, pelayanan kesehatan, dan lembaga-lembaga kesejahteraan yang melayani pinjaman bebas bunga untuk keperluan rumah tangga. Di Israel Haredi dibebaskan dari wajib militer. Pakaian khas Haredi membantu untuk mengisolasi komunitas mereka. Mereka berpakaian seperti nenek moyang mereka di Eropa pada abad ke-18 dan ke-19.
Para lelaki cenderung memakai jas hitam dengan kemeja putih, dan menutupi kepala mereka dengan topi warna hitam bertopi lebar. Para pria juga umumnya memiliki jenggot. Sedangkan wanitanya berpakaian tertutup, lengan dan kaki tertutup, dan setelah menikah mereka menutup rambut dengan wig, topi, kerudung, bahkan cadar.
Wanita Haredi tak akan berbicara dengan pria yang bukan anggota keluarganya (dalam Islam mahromnya). Mereka tidak bersalaman dengan lawan jenis kecuali keluarganya atau saudara sekandung. Sistem di sekolah yahudi orthodoks juga memisahkan ruangan dan aktivitas antara murid wanita dan pria.
Ada beberapa ritual yang dijalankan kelompok Yahudi Orthodoks dalam manjalankan kehidupan sehari-hari. Salah satu ritualnya adalah:
1.      Ritual Kaparot, yaitu sebuah tradisi ritual keagamaan Yahudi yang dilakukan pada hari Libur Besar. Ritual itu dilakukan sebagai penghapusan dosa. Praktiknya dengan memegang pundak ayam dan memutar-mutarkan ke leher tiga kali. Hal itu diyakini untuk memindahkan dosa-dosa kepada ayam, kemudian ayam dipotong dan dagingnya diberikan kepada kaum miskin untuk dimakan pada perayaan sebelum hari raya Yom Kippur, hari yang dianggap paling suci dalam agama Yahudi.
2.      Orang-orang Yahudi seperti semua orang pada umumnya. Bagi mereka hari pernikahan adalah hari paling penting dalam kehidupan mereka. Inilah ritual dalam pernikahan yaitu:
a.       Yahudi Ortodoks memiliki Shadchan (Ibrani: "mak comblang") untuk mengatur pernikahan, namun sebagian besar orang Yahudi saat memilih pasangan mereka sendiri. Setelah menerima proposal pernikahan, kedua pasang orangtua adalah yang pertama untuk diberitahu. Setelah orang tua, selanjutnya menghubungi rabi.
b.      Sebagian rabi memerlukan konseling pranikah - terutama jika pasangan praktek dari berbagai cabang Yudaisme. Jika hal ini terjadi, pastikan antar kedua pasangan melakukan komunikasi untuk menemukan kompromi yang sehat.
c.       Hari ini, orang-orang Yahudi memiliki perjanjian pranikah untuk melindungi wanita dari menjadi agunah (Ibrani: “wanita dirantai”). Dengan cara ini, jika perkawinan tidak berhasil, dia bisa menerima surat cerai tanpa harus melaporkan suaminya ke pengadilan rabi. Ketika suami Yahudi tidak memberikan istrinya surat cerai, dia tidak bisa menikah lagi, dan pengadilan rabbi dapat mengucilkan suaminya dari komunitas Yahudi.
d.      Sebelum pernikahan, pasangan menandatangani ketubah (Ibrani: "kawin kontrak") di hadapan 2 saksi Yahudi. Ini melibatkan kewajiban suami kepada istrinya. Dalam upacara tersebut, yang ditandatangani ketubah dibaca. Ketubah bisa dalam bahasa Ibrani saja atau bilingual.
e.       Pernikahan Yahudi berlangsung di bawah chuppah (Ibrani: "kanopi"), yang melambangkan rumah baru pasangan itu setelah mereka menikah. Chuppah adalah pada 4 tiang dan dapat dihiasi dengan tulisan Ibrani, tirai, dan bunga.
f.       Ashenazi Yahudi menutupi wajah pengantin wanita dengan kerudung, yang mengingatkan orang-orang Yahudi tentang bagaimana Yakub ditipu oleh Laban menjadi menikahi Leah sebelum Rachel. Sephardi Yahudi tidak melakukan upacara ini.
g.      Selama prosesi pernikahan, di Yahudi Orthodoks, pengantin pria yang dikawal oleh kedua ayah dan pengantin wanita yang dikawal oleh kedua ibu. Cabang-cabang lain dari Yudaisme memiliki pengantin dikawal oleh orang tua mereka. Selain  anggota keluarga langsung duduk di pinggir lapangan, dan bahkan kakek-nenek dapat mengambil bagian dalam prosesi. Mereka dapat berdiri atau duduk di kursi. Jika orang tua dan kakek-nenek sudah meninggal, rabbi yang menentukan apa yang harus dilaksanakan oleh kedua pasangan tersebut.
h.       Kelompok Ashkenazi Yahudi pengantin berjalan dalam 7 lingkaran di sekitar pengantin pria, mengingatkan orang-orang Yahudi bahwa seorang wanita harus mengelilingi seorang pria. Kelompok Sephardi Yahudi tidak melakukan upacara ini.
i.        Rabbi mengatakan berkat atas anggur, dan beberapa minuman dari gelas anggur yang sama. Cincin kawin Yahudi berupa emas polos tanpa hiasan apapun, dan pasangan mengatakan: “Lihatlah Anda yang disucikan untuk saya dengan cincin ini menurut hukum Musa dan Israel" Sebuah kutipan dari Songs of Songs: Ani l'dodi, ve li dodi (Ibrani: "Saya kekasihku dan kekasihku adalah milikku") dinyanyikan, dan berkat bisa tertulis di dalam cincin.
j.        The Sheva Brachot (Ibrani: "Tujuh Berkat") dibacakan oleh rabi, penyanyi, atau oleh tamu terpilih yang dipanggil secara individual. Setelah itu, pasangan minum dari cangkir anggur yang sama.
k.      Pada akhir upacara, pengantin pria istirahat gelas anggur dengan kakinya. Dalam Reformasi Yudaisme, kedua mempelai dapat mematahkan gelas anggur bersama-sama. Kebiasaan ini mengingatkan orang-orang Yahudi dari penghancuran Bait Suci di Yerusalem, dan mengingatkan pasangan bahwa pernikahan dapat rusak. Yahudi Ortodoks tidak mencium setelah upacara, tetapi cabang-cabang lain dari Yudaisme memungkinkan berciuman.
l.        Setelah upacara, Yahudi Ashkenazi berlatih Yichud (Ibrani: "Kebersamaan" atau "Khalwat") selama 10 sampai 20 menit. Ini melambangkan pasangan yang baru menikah berada sendirian untuk pertama kalinya. Yahudi Sephardic tidak memiliki kebiasaan ini.
m.    Selama resepsi pernikahan, ada 5 tarian Yahudi utama: The Krenzl, The Mizinke, The Hora, The gladdening Bride, dan The Mitzvah Tantz. A 1-Man Orchestra Yahudi, Yahudi Band, DJ atau Yahudi sudah akan memiliki lagu yang tersedia, dan pada Ortodoks Yahudi pernikahan, pria dan wanita menari secara terpisah.
n.      Setelah makan dalam pernikahan, Birkat Hamazon (Ibrani: "Rahmat Setelah Makan") dibacakan, diikuti oleh Sheva Brachot (Ibrani: "Tujuh Berkat"). Setelah doa, berkat atas anggur dibacakan, dengan 2 gelas anggur dituangkan ke-3 dalam, melambangkan terciptanya kehidupan baru bersama-sama. Kue pengantin akan parve jika daging disajikan. Jika tidak, itu bisa menjadi susu.[5]

Kesimpulan
Yahudi Orthodoks awal muncul ketika kaum Zionisme mulai mengajak dan merekrut orang Yahudi untuk mengikuti faham mereka. Hal inilah yang membuat orang yahudi terutama Yahudi Orthodoks menentang zionisme, kelompok ini golongan yang taat terhadap ajaran Taurat. Mereka meyakini bahwa Taurat itu wahyu yang diturunka kepada Nabi Musa dan mereka mengamalkan dan menaati hukum dalam kitab Taurat.
Kelompok Yahudi Orthodoks membatasi kehidupannya dari dunia luar, dalam kehidupan sehari-hari mereka hanya berdo’a dan mempelajari Taurat dan bergaul dengan keluarga. Sedangkan hal ini dalam islam sering disebut Zuhud atau Sufi klasik.
Dalam kelompok yahudi Orthodoks mereka memiliki ritual atau tatacara dalam beribadah. Misalnya dalam hal menghapus dosa. Mereka menggunakan seekor ayam untuk menghapus dosa mereka, setelah itu ayam tersebut disembelih dan dagingnya diberikan kepada orang-orang miskin. Selain itu dalam pernikahan mereka melakukannya mirip dengan orang islam, yaitu mempelai wanita memakai hijab da nada saksi dari kedua mempelai. Dan ketika resepsi mempelai wanita tidak boleh keluar, yang melakukan resepsi dari hanya dari kaum laki-laki.


Daftar Pustaka
Asy’ari, Arif. Mengungkap Kelompok Yahudi Orthodox Haredi. 22 September 2014. diakses 29 September 2015. pukul. 06:14 AM
Priyanto, Haris. Kebiadaban Zionisme Israel: Kesaksian Orang-Orang Yahudi. Bandung: Mizan. 2009
Ali, Mukti H.A.  Agama Yahudi. Yogyakarta: Bagus Arafah.1982
Keene, Michael Agama-Agama Dunia. Yokyakarta: Kanisius, 2006.
Tradisi dan Ritual Perkawinan Masyarakat Yahudi Ortodoks, diakses 01 Oktober 2015, 12:34





[1] Arif Asy’ari, Mengungkap Kelompok Yahudi Orthodox Haredi,22 September 2014, diakses 29 September 2015, pukul, 06:14 AM
[2] Haris Priyanto, Kebiadaban Zionisme Israel: Kesaksian Orang-Orang Yahudi, (Bandung: Mizan, 2009), h. 87-88.
[3] H.A. Mukti Ali, Agama Yahudi, (Yogyakarta: Bagus Arafah, 1982), h.204.
[4] Michael keene, Agama-Agama Dunia, (Yokyakarta: Kanisius, 2006), h.62.
[5] Tradisi dan Ritual Perkawinan Masyarakat Yahudi Ortodoks, diakses 01 Oktober 2015, 12:34

Rabu, 25 November 2015

bidang ekonomi pada masa dinasti umayyah



EKONOMI PADA MASA DINASTI UMAYYAH
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“sejarah Peradaban Islam”
Dosen Pengampu: Tasmain, MA.

Disusun Oleh:
Binti Nadhiroh (9331 107 13)

PRODI PERBANDINGAN AGAMA
 JURUSAN USHULUDDIN DAN ILMU SOSIAL
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
 KEDIRI
2015  


  1. Latar Belakang
Sejarah tak ubahnya cermin masa lalu yang menjadi pijakan dan langkah setiap insan di masa mendatang. Kita tahu pada zaman sekarang perekonomian di dunia ini mengalami pasang surut. Adakalnya sampai pada titik terendah. Walaupun begitu ekonomi di dunia juga pernah mengalami kejayaan. Semua itu tidak hannya terjadi pada zaman sekarang saja, melainkan pada zaman dinasti Umayyah juga mengalami hal yang sama. Semua itu tergantung pada orang yang memimpin. Apabila ia dapat menjalankan pemerintahan dengan baik maka pemerintahan itu akan maju. Namun sebaliknya, apabila ia tidak dapat memerintah dengan baik maka pemerintahannya akan hancur.
Pada masa Dinasti Umayyah lah disebut sebagai masa keemasan pencapaian kejayaan pemerintahan Islam. Meskipun masa pemerintahannya tidak cukup satu abad (90-91 tahun), tetapi berbagai kemajuan yang dicapai selama pemerintahan ini dapat dikatakan sangat luar biasa termasuk ke dalamnya adalah kesuksesan dalam perluasan wilayah pemerintahan Islam dan jumlah penduduk yang masuk Agama Islam.
  1. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana ekonomi pada masa daulah umayyah?
2.      Apa faktor kemajuan perekonomian daulah umayyah?
3.      Apa faktor kemunduran perekonomian daulah umayyah?








  1. Ekonomi Pada Masa Daulah Umayyah
Pada masa pemerintahan umayyah berada di tangan Khalifah Abdul Malik Ibn Marwan, lebih kurang dua belas tahun, kondisi dinasti umayah ini relative stabil. Kondisi ini terjadi, justru karena mendapatkan dukungan al-hajjaj, seorang panglima penakluk mekah yang bertangan besi, memimpin wilayah sebelah timur yang merupakan propinsi yang sangat berbahaya dari segi keamanan.
Dengan adanya kerjasama yang baik antara Abd al-Malik dan al-hajjaj ini menghasilkan pemerintahan yang kuat yang ditandai dengan meningkatkan anggaran pemerintahan untuk berbagai macam pekerjaan umum, diantaranya adalah pembangunan prasarana dan masjid-masjid diberbagai propinsi, dan yang terbesar ialah pembangunan Doem of the rock (Qubbah al-Sahra) di atas masjid al-aqsha di Jerusalem.
Upaya pembangunan prasarana di atas, menjadikan pertanian dapat berkembang dengan pesat hasil uang menonjol seperti gandum, padi, tebu, jeruk, kapas, dan sebagainya. Demikian juga, industri kulit, dan tenun mengalami kemajuan yang cukup bagus. Hasil pertanian dan perindrustrian dipasarkan sampai ke india dan Asia Tenggara.
Pengganti khalifah Abd al-Malik adalah anaknya yang bernama Walid ibn Abd al-Malik, yang mewarisi dua hal penting. Pertama, kekayaan yang melimpah dari hasil berbagai penaklukan. Kedua, mata uang arab yang telah dibakukan. Karena itu, masa pemerintahan Walid ini dipandang sebagai puncak kejayaan dinasti umayah, sedangkan pada masa-masa kekalifahan sesudahnya mulai terlihat tanda-tanda kemerosotan dan hampir tak terlihat lagi peristiwa-peristiwa penting yang dapat dikatakan sebagai kemajuan ekonomi. Di zaman walidlah ekspansi pasukan islam ke wilayah barat dilakukan.
Sumber uang masuk pada zaman daulah umayyah pada umumnya seperti dizaman permulaan islam. Al-Dharaaib yaitu kewajiban yang harus dibayar oleh warga Negara pada zaman daulah amawiyah ditamabah lagi atas kewajiban dizaman permulaan islam. Kepada penduduk dari negeri-negeri yang baru ditakhlukkan terutama, yang belum masuk islam, ditetapkan pajak-pajak istimewa. Masharif baitul mal yaitu saluran uang ke luar di zaman daulah umayyah pada umumnya sama seperti perlumaan islam, yaitu: [1] gaji para pegawai dan tentara, serta biaya tata usaha Negara. [2] pembangunan pertanian, termasuk irigasi dan penggalian terus-menerus, [3] ongkos bagi orang-orang hokum dan tawanan perang, [4] perlengkapan, dan [5] hadiah-hadiah kepada para pujangga dan para ulama. Kecuali untuk itu para khalifah umayyah menyediakan dana khusus untuk dinas rahasia, sedangkan gaji tentara di tngkatka sedemikian rupa, demi untuk menjalankan politik tangan besinya.[1]
Diantara langkah yang dilakukan oleh Walid ibn Abd Malik, ia mempergunakan sebagian kekayaan negara untuk membenahi prasarana perkotaan dan pembangunan kesejahteraan sosial lainnya. Ia membenahi jalan-jalan membangun panti-panti untuk penderita penyakit kusta, dan kronis lainnya, membangun rumah sakit, membangun masjid-masjid dan yang terbesar masjid umayah di Damaskus. Sampai saat ini masjid besar dinasti umayah tetap berdiri megah.[2]
  1. Factor Kemajuan Ekonomi Pada Masa Daulah Bani Umayyah
  1. Perdagangan
    setalah daulah Umayyah berhasil menguasai wilayah yang cukup luas, maka lalu lintas perdagangan mendapat jaminan yang layak, baik melalui jalan darat maupun laut. Pada jalan darat umat islam mendapatkan keamanan untuk melewati jalan sutra menuju tiongkok guna memperlancar perdagangan sutra, keramik, obat-obatan, dan wangi-wangian. Pada jalur laut kea rah negeri-negeri belahan timur untuk mencari rempah-rempah, bumbu, kasturi, permata, logam mulia, gading, dan bulu-buluan. Sehingga dengan demikian basrah di teluk Persia pada saat itu menjadi pelabuhan dagang yang cukup ramai.
  2. Pertanian dan industri
Dalam bidang pertanian Umayyah telah memberi tumpuan terhadap pembagunan di sector pertanian, beliau telah memperkenalkan sistem irigrasi (pengairan) yang bertujuan meningkatkan hasil pertanian.
  1. Reformasi fiscal
Selama pemerintahan Umayyah semua pemilik tanah baik yang muslim dan nonmuslim, diwajibkan membayar pajak tanah, sementara itu pajak kepala tidak berlaku lagi bagi penduduk muslim, sehingga banyak penduduk yang masuk islam secara ekonomi hal ini yang melatar belakangi berkurangnya penghasilan Negara. Namun demikian, dengan keberhasilan Umayyah melakukan penaklukan imperium Persia dan Byzantium maka sesungguhnya kemakmuran daulah ini sudah melimpah ruah. Pada masa umar bin abdul aziz, beliau memiliki pandangan bahwa menciptakan kesejahteraan masyarakat bukan dengan cara mengumpulkan pajak sebanyak-banyaknya seperti yang dilakukan oleh para khalifah Bani Umayyah sebelum Umar, melainkan dengan mengoptimalkan kekayaan alam yang ada, dan mengelola keuangan Negara dengan efektif dan efisien. Keberhasila dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat inilah yang membuat Umar Bin Abdul Aziz tidak hanya disebut sebagai pemimpin Negara, tetapi juga sebagai fiskalis muslim yang mampu merumuskan, mengelola, dan mengeksekusi kebijakan fiskal pada masa kekhalifahannya.
  1. Pembuatan mata uang
Pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan (65-86H), beliau membuat kebijakan untu memakai mata uang sendiri. Pemrintah saat itu mendirikan tempat percetakan mata uang di Daar idjard. Mata uang dicetak secara terorganisir dengan control pemerintah, kemudian pada tahun 77H/697M, khalifah Abdul Malik mencetak dinar khusus yang bercorak islam yang khas, berisi teks islam, ditulis dengan tulasan kufi. Gambar-gambar dinar lam diubah dengan lafadz-lafadz islam seperti Allahu Ahad, Allah Baqa’. Sejak saat itulah umat islam memiliki dinar dan dirham islam sebagai mata uangnya dan meninggalkan dinar Bezantium dan dirham Kirsa.[3]
  1. Ada beberapa factor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain:
1.      Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidak jelasan system pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
2.      Latar belakang terbentuknya dinasti umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi yang terjadi dimasa Ali. Sisa-sisa syi’ah (para pengikut Ali) dan khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka, seperti di masa awal dan akhir maupun secara sembunyi seperti dimasa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan gerakan-garakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
3.      Pada masa kekuasaan Bani umayyah, pertentangan etnis antara suku Arab Utara (Bani Qays) dan Arabia selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Di samping itu, sebagian besar golongan mawali (non-Arab), terutama di irak  dan wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali itu menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.
4.      Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup yang mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup mewarisi kekuasaan. Di samping itu, golongan agama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.
5.      Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas ibn Abd Al-Almunthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi’ah dan kaum Mawali yang merasa dikelasduakan oleh pemerintahan Umayyah.[4]

  1. Kesimpulan
Pada masa Daulah Umayyah keadaan ekonominya tergantung pada pemasukan pertanian, seperti gandum, padi, tebu, jeruk, kapas, dan sebagainya. Pembangunan prasarana dan masjid-masjid diberbagai propinsi, dan yang terbesar ialah pembangunan Doem of the rock (Qubbah al-Sahra) di atas masjid al-aqsha di Jerusalem. Ini semua disebabkan kerjasama yang dilakukan dengan baik antara Abd al-Malik dan al-hajjaj. Setelah Abd al-Malik lengser dari jabatannya sebagai khalifah kemudian digantikan oleh anaknya yang bernama Walid ibn Abd al-Malik. Yang mana pada masa perintahannya mengalami puncak kejayaan Daulah Umayyah.
Ada beberapa factor yang menjadi penyebab kemajuan daulah Umayyah. Secara garis besar yaitu pada bidang perdagangan, bidang Pertanian dan industry, Reformasi fiscal dan Pembuatan mata uang. Sedangkan factor yang menjadi penyebab runtuhnya Daulah Umayyah adalah system pemerintahan yang turun temurun, gaya hidup mereka yang bermewah-mewahan, terjadinya peperangan yang sangat panjang sehingga menyebabkan krisis ekonomi. Dan munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas ibn Abd Al-Almunthalib.

Daftar Pustaka
Fu’adi, Imam. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Teras, 2011
Hasjmy, A. sejarah kebudayaan islam. Jakarta: PT. Bulan Bintang. 1995.
Yatim, Badri. sejarah peradaban islam dirasah aslamiyah II. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. 2011.



[1] A. hasjmy, sejarah kebudayaan islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1995) hal 174
[2] Imam fu’adi, sejarah peradaban islam, (Yogyakarta: Teras, 2011 ) hal.81
[3] http://dickwibawa.blogspot.com/2012/02/kemajuan-ekonomi-sosial-dan-kebudayaan.html
[4] Badri Yatim, sejarah peradaban islam dirasah aslamiyah II, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011). Hal 49