Pages

Rabu, 25 November 2015

makalah agama tao



AGAMA TAO
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Agama-Agama di Dunia”
Dosen Pengampu: Tasmain, MA.



Disusun Oleh:
1.      Binti Nadhiroh (9331 107 13)
2.      Wardatul Husniah (9331 109 13)

PRODI PERBANDINGAN AGAMA JURUSAN USHULUDDIN DAN ILMU SOSIAL
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI 2015



Pendahuluan
          Latar Belakang
            Kepercayaan di dunia ada sejalan dengan keberadaan manusia sejak manusia diciptakan. Seperti kita ketahui selama ini, bahwa manusia pertama Adam juga mempunyai kepercayaan bahwa ia diciptakan dari suatu yang memiliki kekuatan lebih.
            Adapun tentang agama, suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan makna kenyamanan. Dengan maksud bahwa agama memiliki arti meniadakan kekacauan, huru-hara dll yang data memicu terjadinya konflik. Semua agama didunia tidak terkecuali mengajarkan pada arah yang positif, akan tetai mereka mempunyai corak dan karakter masing-masing. Dalam konteks pembahasan kali ini, makalah ini menjelaskan satu sekte ajaran agama yang ada di dunia, yaitu Agama Tao.
            Agama Tao yang kita tahu, merupakan agama-agama orang Cina yang lebih memusatkan ajarannya untuk mencintai alam semesta. Sesungguhnya tidak satupun kebudayaan di dunia ini yang mempunyai warna tunggal. Di Cina, nada-nada klasik dari agama Khong Hu Cu telah diimbangi bukan saja oleh berbagai ragam spiritual dari agama Budha melainkan juga oleh berbagai corak romantic dari Taoisme, kali ini kita akan membahas berbagai corak tersebut dalam makalah ini.




           
A.    Pendiri
Menurut tradisi, Taoisme berasal dari seorang yang bernama Lao Tzu, yang dikabarkan lahir kira-kira tahun 640 SM. Beberapa orang menyatakan bahwa beliau hidup tiga abad kemudian dari tahun tersebut. Lao Tzu, yang dapat diterjemahkan sebagai “putra tua”, “sahabat tua”, ataupun sang “guru tua” ini merupakan gelar kecintaan dan penghormatan. Beberapa legenda menceritakan bahwa ia dilahirkan tanpa dosa oleh sebuah meteor, dan dikandung oleh ibunya selama 82 tahun, dan lahir sebagai tua yang bijaksana dengan rambut yang sudah memutih. Cerita lain menceritakan bahwa ia sebagai laki-laki yang bekerja sebagai pemelihara arsip di Negara asalnya China, dan dengan pekerjaannya itu ia hidup secara sederhana dan tidak banyak tuntutan. Perkiraan tentang kepribadiannya hampir seluruhnya didasarkan pada sebuah buku kecil yang yang dianggap ditulis beliau sendiri. Dari buku tersebut dianggap oleh beberapa orang pengamat bahwa beliau pasti orang pertapa yang kesepian, yang hanyut dalam meditasi okultis personalnya, sedangkan yang lainnya menggambarkan beliau sebagai “tetangga abadi” yang mempunyai kodrat sama dengan manusia umumnya.[1]
B.     Kitab Suci
Agama Tao dimaknai menjadi tiga, `sebagai magis pada Taoism rakyat, ataupun secara mistik seperti pada Taoisme Esoterik dan secara filosofis. Akan tetapi ketiganya berkiblat pada buku Lao Tzu. Kata “tzu” atau tuan adalah tambahan akhiran (sufiks) terhadap nama-nama para filsuf pada dinasti Chou, seperti pada Chuang Tzu, Hsun Tzu dan lain-lain.[2] Dengan nama kitabnya Tao Te Ching, sebuah kitab kecil yang berisi 5000 kata yang ditulis 6tahun SM. Bagi orang awan awam sangat sulit memahami kitab tersebut, karena disampaikan dalam bahasa yang sangat puitis. Isi terpenting dalam kitab Tao Te Ching adalah ajaran Wu Wei.
Selain kitab Tao Te Ching, terdapat dua kitab yang dianggap termashur menurut penganut Taoisme diantaranya, Karya Chuang-Tzu yang berisi tentang pemikiran guru Zhuang dan murid-muridnya dan kitab Leizi yang berisi tentang hiburan dalam filsafat dan kumpulan cerita.

C.    Ajaran Agama Thao
1.      Dao
      Dao adalah inti ajaran Taoisme, yang berarti tidak terbentuk, tidak terlihat merupakan proses dari kejadian semua benda hidup dan segala yang ada di alam semesta. Dao yang berwujud dalam benda hidup dan kebendaan lainya dinamakan De. Gabungan dari Dao dan De merupakan landasan kealamian. Keabadian manusia hidup ketika manusia mencapai pada keadaan Dao, menjadi dewa.
2. Yin dan Yang
      Dao melahirkan sesuatu, yang disebut Yin (positif) dan yang (negative). Yin dan yang saling melengkapi untuk menghasilkan tenaga dan kekuatan. Kekuatan tersebut berasal dari jutaan benda di dunia. Setiap benda di alam semesta baik beruapa benda hidup atau mati mengandung Yin dan Yang saling melengkapi untuk mencapai keseimbangan.
3. Pandangan Tentang Manusia
      Manusia yang sombong, melakukan tindakan dilur kemampuannya maka suatu saat ia akan mendapat celaan atau menderita. Karena itu, orang yang mengenal Dao dan mengerti hokum alam akan menolak segala jenis bentuk penghargaan yang diberikan kepadanya. Ia memilih tidak menonjolkan dirinya. Taoisme mengajarkan untuk tidak melekat pada harta benda.


4. Etika
      Agama Tao menggabungan ilmu pengetahuan, kedewaan dan filsafat sebagai landasan yang agung. Agama Tao menyembah banyak dewa-dewi. Agama Tao memgajarkan bahwa manusia sejati mampu mencapai kesempuranaan Dewa-dewi jika ia mampu berbuat jasa yang sangan besar terhadap masyarakat.
      Dengan demikian dapat dipahami Agama Tao mengajarkan “Manusia merupakan bagian dari alam, maka dari itu manuisa sebagai ciptaan harus mampu menyelaraskan diri. Berbuat baik tidak jahat, menjalani perbuatan yang benar dan tidak salah, yang paling penting adalah menjani ajaran Tao dalam setiap tingkah laku kehidupanya sebagai sarat untuk menjadi manusia sejati yang sempurna”.
      Agama Tao menganjurkan iga nasihat dari Lao-Zi: Welas asih, hemat tapi tidak kikir dan rendah hati.[3]
D.    Sejarah & Perkembangan Agama Thao[4]
Agama Tao merupakan Agama yang berasal dari Tiongkok. Dari data-data yang ada, maka Agama Tao termasuk agama yang tertua di dunia ini, umumnya diakui sudah ada sejak 7000 tahun yang silam, dan juga merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar orang Tionghoa, ini tercermin dari tulisan LU XUN seorang budayawan kondang, dimana beliau menulis bahwa Agama Tao adalah agama dan akar utama dari kebudayaan Tionghoa. Umumnya Agama Tao diyakini :Berasal dari Kaisar Kuning (Wang Di), dikembangkan oleh Lao Zi dan terorganisasi menjadi sebuah institusi Keagamaan (Agama Tao) yang lengkap oleh Zhang Tao Ling.
Agama Tao selain telah berjasa dalam menjaga keharmonisan hidup bermasyarakat di Tiongkok selama beribu-ribu tahun. Juga telah memberikan banyak sumbangan terhadap kemajuan sastra, budaya, ilmu astronomi, ilmu pengobatan, filsafat dan cara berpikir masyarakat Tionghoa dimanapun mereka berada.
Pada jaman FU XI sekitar tahun 5000 SM, FU XI telah menggunakan teori dan perhitungan BA-KUA (Delapan Penjuru) untuk menjelaskan tentang sistem Astronomi, menentukan hal-hal yang penting yang berhubungan dengan ramalan kehidupan seseorang, serta menentukan cara-cara ritual penyembahan Dewa/Dewi.
Sampai pada jamannya WANG DI (Kaisar Kuning) 2698 SM, mulai dikemukakan teori tentang kaidah-kaidah alamiah dan teori tentang masalah kehidupan dan kematian. WANG DI juga merupakan tokoh yang pertama menjalankan pemerintahannya berdasarkan ajaran TAO ().
Sejak WANG DI sampai 1500 tahun berikutnya, setiap pemimpin yang menggantikan pemimpin lainnya selalu memerintah masyarakatnya dengan teori ajaran WANG DI, antara lain : Menghormati TIAN dan menjunjung tinggi Sopan-santun dalam bermasyarakat (WANG DI ZHI TAO / Filsafat ajaran WANG DI).
Pada jaman Dinasti Kerajaan Chow, muncul seorang bijaksana yang mempunyai nama besar yaitu LAO ZI. Beliau pernah bertugas sebagai pejabat yang menjaga dan merawat perpustakaan buku-buku yang dimiliki kerajaan Chow. Karena itu beliau mempunyai kesempatan untuk membaca semua buku-buku dan menguasai teori-teori yang diajarkan oleh WANG DI.
Ini membuat beliau sangat menyanjung keagungan alam yang telah menghidupi semua makhluk hidup, termasuk manusia, namun beliau juga mengajarkan bahwa dibalik semuanya itu pasti ada yang menciptakannya yang bersifat maha Agung; maha Mulia dan maha Esa, hanya saja sulit bagi beliau untuk memberikan sebutan atau nama yang tepat bagi Pencipta Alam Semesta yang maha Besar ini.
Akhirnya LAO ZI meminjam kata "TAO" (), untuk memberi nama bagi "SUMBER" dari segala sesuatu yang tercipta di alam semesta ini. Menurut LAO ZI; TAO adalah sumber terciptanya segala sesuatu yang ada dalam alam semesta ini. Cara berpikir beliau jauh melampaui jamannya ketika itu, ditambah ajaran-ajarannya yang menjunjung tinggi kebajikan dan menentang kebiadaban, maka akhirnya ajaran LAO ZI bersama-sama ajaran WANG DI dikenal orang sebagai Ajaran WANG-LAO (WANG-LAO TAO / Filsafat ajaran Wang Di dan Lao Zi) sampai sekarang.
Ajaran Wang-Lao (Wang-Lao Tao) ini makin berkembang dan mengakar di hati masyarakat, akhirnya dianut oleh hampir setiap orang terpelajar dan cendekiawan jaman itu, salah satunya adalah CHUANG ZI.
Pemujaan terhadap LAO ZI sudah dimulai sejak jaman Dinasti JIN HAN, saat itu kegiatan keagamaan dan upacara ritual keagamaan sudah berkembang sedemikian lengkapnya. Pada jaman Han Barat, masyarakat hidup makmur dan sentosa berkat semua pemimpin kerajaan menganut dan menjalankan ajaran WANG-LAO TAO.
Sampailah pada jaman Han Timur (Tong Han), ada seorang bernama Zhang Tao Ling yang dengan sungguh-sungguh mempelajari semua ajaran TAO dan ilmu keDewaan, beliau juga berhasil membuat pemilahan-pemilahan dan menyusun peraturan-peraturan tentang cara-cara upacara ke Agamaan TAO, mengajarkan cara-cara bagaimana seharusnya menggambar HU dan menuliskannya dalam buku-buku yang baku untuk kepentingan pengajaran kepada pengikut-penganutnya.
Sehingga terbentuklah sebuah organisasi kemasyarakatan yang berbasis Agama TAO yang pertama sejak itu. Selanjutnya semua kegiatan keagamaannya selalu secara resmi menggunakan nama AGAMA TAO. Pengikut-pengikutnya disebut sebagai umat TAO (TAO SHI).
Zhang Tao Ling juga menggunakan nama lain, selain Agama Tao, yaitu Thian Zhi TAO dan terutama aktif di daerah Si Chuan, penerusnya juga menyebarkan agama TAO di daerah Jiang Si di daerah Long Hu San / Gunung Naga Harimau, sebelah selatan dari sungai Zhang Jiang.
Sejak itu Agama TAO selalu mengajarkan umatnya untuk memupuk dan mempunyai sifat-sifat yang Jujur, Tulus dan Welas Asih, serta tidak boleh menyakiti orang lain. Orang kalau sakit atau bersalah, bila ingin sembuh dan minta pertolongan di dalam Agama TAO, maka diharuskan pertama kali untuk mengakui kesalahannya atau perbuatan tidak baiknya, baru kemudian diberi pengobatan ataupun nasehat bahkan diajak Semedi dan mawas diri untuk kesembuhan dirinya.
Agama TAO terutama mengajarkan sifat Qing Jing Wu Wei, suatu sifat dimana orang dianjurkan untuk selalu berusaha berbuat sesuatu demi kepentingan bersama, namun tetap menjaga sikap mental yang tulus tanpa pamrih, selain itu juga selalu mawas diri dalam usahanya mengajak masyarakat supaya mampu menjaga keharmonisan kehidupan masing-masing. Sifat demikianlah yang antara lain ikut mendorong terbangunnya klenteng-klenteng yang bisa dipakai untuk menginap bagi orang-orang yang sedang bepergian jauh, serta menyediakan makanan cuma-cuma bagi yang menginap di sana, ini semua bertujuan untuk melayani dan memudahkan masyarakat pada jamannya, sehingga sangat mendapat dukungan dari segala lapisan masyarakat.
Pada jaman Dinasti DHANG, Agama TAO berkembang pesat sekali, sehingga raja pun menetapkan adanya pejabat khusus setingkat Menteri untuk mengurusi semua persoalan yang berhubungan dengan Tao Kuan dan Klenteng-klenteng yang ada pada saat itu.
Selain itu juga setiap tahun diadakan semacam ujian untuk mengangkat orang-orang yang ahli dalam pengetahuan tentang Tao (Istilahnya XIAN SIEK POK SHI = Profesor Keagamaan dalam Agama Tao), sebagai penasehat resmi kerajaan.
Keadaan ini berkembang terus sampai jaman Dinasti SONG, umumnya raja-raja dan keluarga raja semuanya menganut Agama Tao, sehingga boleh dikatakan merupakan jaman keemasan bagi Agama TAO saat itu. Sejarah mencatat bahwa jaman Dinasti DHANG dan Dinasti SONG, banyak menghasilkan Tao Shi (Pendeta / Ahli Agama TAO) yang sangat bijaksana dan mumpuni, dimana cerita mereka itu banyak bisa dijumpai dalam buku-buku yang menulis tentang Agama TAO.
Pada jaman Dinasti CIN, di Tiongkok utara lahirlah 3 aliran Agama TAO yang baru yaitu : Aliran QUAN ZHEN; Aliran ZHEN DA; Aliran DAI YI. Diantara 3 aliran itu, QUAN ZHEN TAO JIAO (Agama TAO aliran QUAN ZHEN) berkembang paling pesat dan mempunyai pengaruh yang sangat luas. Dari QUAN ZHEN TAO JIAO lah muncul seorang tokoh yang bernama JIU JU CIE, beliaulah yang pada jaman Dinasti YUAN, berhasil mempengaruhi dan mengajak Raja YUAN yaitu JENGIS KHAN, untuk menerima dan percaya kepada ajaran Agama TAO.
Pada akhir jaman Dinasti YUAN, popularitas Agama TAO mulai menurun di kalangan keluarga kerajaan, sehingga terjadilah peristiwa pembakaran buku-buku Agama TAO, hal ini tentu sangat merugikan citra dan menimbulkan kemarahan umat Agama TAO dikemudian hari.
Keadaan ini dimanfaatkan oleh CU YUAN CHANG untuk bisa segera memperoleh dukungan masyarakat dalam usahanya manggulingkan Dinasti YUAN dan mendirikan Dinasti MING.
Setelah CU YUAN CHANG berhasil memanfaatkan umat Agama TAO dalam mendirikan kerajaan MING, beliau sangat mengetahui bahwa Agama TAO sangat menjunjung tinggi sifat Kebajikan dan Kebebasan serta sangat Anti Kediktatoran (karena kediktatoran sangat bertentangan dengan sifat alamiah), hal ini sangat ditakuti oleh CU YUAN CHANG, sebab beliau sebetulnya lebih suka menjalankan kekuasaannya secara Tirani.
Maka di depan umum Cu Yuan Chang kelihatan sangat mendukung berkembangnya Agama TAO, namun secara diam-diam beliau berusaha melakukan segala cara untuk menekan Agama TAO, ini terbukti karena Cu Yuan Chang akhirnya hanya mengijinkan Agama TAO untuk menyebarkan ajaran tentang cara-cara / upacara menyembah Dewa / Dewi serta cerita-cerita tentang Ilmu pengetahuan KeDewaan, tapi sama sekali dilarang untuk mengajarkan filsafat dan ilmu pengetahuan dari Agama TAO yang lebih dalam. Hal ini tentu sangat memukul perkembangan Agama TAO, dan memicu berkembangnya dampak negatif bagi citra Agama TAO dikemudian hari.
Ketika kerajaan MAN QING menjajah Tiongkok dan mendirikan Kerajaan QING, sebagai penjajah mereka sangat takut terhadap ajaran Agama TAO yang sangat bersifat Kerakyatan dan menjunjung Kebijakan dan Kebebasan serta anti Kediktatoran. Sehingga mereka juga melarang usaha penyebaran ajaran filsafat dan ilmu pengetahuan Agama TAO yang sebenarnya, namun sengaja membiarkan orang-orang yang mengatasnamakan Agama TAO untuk menonjolkan Ketahyulan, berkeliaran untuk menyebarkan kesesatan diantara anggota masyarakat dengan tujuan memfitnah Agama TAO, orang yang demikian itu biasanya disebut Wu Bo (Dukun Perempuan) ataupun Shen Han (Dukun Pria).
Karenanya sejak itu, citra Agama TAO menjadi sangat jelek dan ketinggalan jaman, dampaknya terasa sampai kurun waktu yang lama sekali, sekarang ini masih ada sebagian orang terpelajar, yang karena belum mengerti apa sebenarnya Agama TAO, dengan mudahnya meremehkan Agama TAO sebagai Agama yang bersifat tahyul dan ketinggalan jaman, sebab pada dasarnya mereka belum bisa membedakan antara Tao Shi dengan dukun.
Syukurlah sesuai dengan kemajuan jaman, akhir-akhir ini semua sudah mulai berubah ke arah yang positif, para umat penganut Agama TAO mulai menyadari kesalahan sikap diamnya selama ini, sehingga dimana-mana umat TAO mulai membenahi diri dan dengan gigih menyebarkan ajaran Agama TAO yang sebenarnya, walaupun masih harus menghadapi banyak kendala di lapangan.
Di luar Tiongkok dan Taiwan, ada beberapa negara yang umat Agama TAO nya sangat aktif dan berkembang antara lain: Singapore (Taoist Federation Singapore), Korea, Jepang, Philipina, Malaysia, Thailand, Vietnam, Indonesia, dll.


E.     Praktik Keagamaan
Keheningan yang kreatif, sifat dasar kehidupan yang selaras dengan alam semesta adalah wu wei. Konsep ini, sering diterjemahkan itu berarti sutu sikap yang kosong atau menahan diri sacara pasif, maka pengertian tersebut tidak mengena. Suatu pengertian yang lebih baik adalah keheningan yang kreatif.
Wu wei adalah kegiatan yang maksimal, penyesuaian diri yang bermanfaat, kesederhanaan, dan kemerdekaan yang mengalir dari diri kita. Pendekatan ajaran Tao berlawanan, yaitu menjangkau dasar diri yang selaras dengan Tao dan membiarkan orang berperilaku secara spontan. Tindakan bersumber dari kehidupan, tindakan baru, tindakan yang lebih bijaksana, tindakan yang lebih kokoh akan mengikuti kehidupan baru. Tao Te Ching menjelaskan hal ini secara singkat dan padat : “cara untuk bertindak”, katanya secara sederhana adalah “dengan hidup”.
Agama Tao dalam peribadatannya sangat mudah, cukup datang ke klentheng atau Pekong membawa Dupa dan berdo’a. Pemujaan terhadap Tuhan (Thien), juga bisa dilakukan di depan rumah. Dengan cara membakar beberapa batang Hio dan menengadah ke langit. Sedangkan pemujaan untuk para Dewa dilakukan di klentheng dengan membawa sesajen untuk melunakkan hati para dewa supaya keinginan mereka diijabahi.[5]








F.     Simbol-Simbol Agama Tao
  



Suatu ciri lainya dari taoisme adalah konsepsinya mengnai kenisbian semua nilai, dan sebagai imbalan dari asas ini, adalah adanya persamaan dari hal yang bertentangan. Dalam hal ini Taoisme berkaitan dengan simbolisme Cina tradisional tentang yin dan yang, seperti gambar di atas. Yang mempunyai arti bahwa kutub-kutub ini menunjukkan segala pertentangan yang mendasar dalam hidup ini: baik-jahat, aktif-pasif, positif-negatif, terang-gelap, musim panas-musim dingin, pria-wanita, dan seterusnya.
            Menurut para penganut Taoisme symbol-simbol yang bertentangan tidak selamanya berjalan sendiri-sendiri, mereka akan selalu saling melengkapi, yang brlawanan tersebut pada akhirnya akan menyatu dalam sebuah lingkaran yang saling melingkupi sebagai suatu perlambang dari kesatuan terakhir dari Tao.
            Para penganut Tao menyatakan bahwa mereka yang merenungkan gambar simbolis yang mendalam ini akan mengetahui bahwa ia memberikan kunci pemahaman yang lebih baik terhadap rahasia-rahasia dunia jika dibandingkan dengan uraian kata-kata ataupun filsafat yang panjang lebar. Karena yakin hal ini, Taoisme menolak segala dikhotomi yang tajam. Tidak ada sudut pandangan dalam dunia ini sebagai sudut pandangan mutlak.
Dalam pandangan Tao, bahkan kebaikan dan keburukan kehilangan sifat mutlaknya. Didorong oleh semangat puritanisme selama beberapa abad sehingga mereka memupuk sifat diam mereka. Taoisme mengikuti asas kenisbian yang dianutnya sampai kepada batas yang logis, bahwa hidup dan mati itu sendiri dipandang suatu tahap yang relative dan dari kesinambungan Tao yang mencakup segala-galanya.[6]
G.    Pengikut Agama Tao
Anggota-anggota madzab Tao berasal dari kaum pertapa. Akan tetapi para penganut Taoisme bukanlah pertapa-pertapa biasa yang melarikan diri dari dunia, yang berkehendak untuk mempertahankan kesucian mereka, dan bukan pula orang yang sekali dalam pertapaan, tidak membuat usaha secara ideologis untuk menjustifikasi mereka. Sebaliknya, mereka adalah orang-orang yang terjun kedalam pengasingan, berusaha untuk menyusun suatu system pemikiran yang akan memberi makna bagi tindakan mereka.[7]
                                                            PENUTUP
          Agama Tao menggabungkan ilmu pengetahuan, filsafat dan kedewaan sebagai dasar kepercayaan. Agama Tao banyak menyembah Dewa-Dewi. Dalam praktek peribadatan, penganut agama ini melaksanakan ibadahnya di Klentheng atau Pekong. Agama ini mempunyai kitab suci untuk penganutnya dalam menjalankan keberagamaan diantaranya adalah Tao Te Ching, Chuang Tzu dan Leizi.

DAFTAR PUSTAKA
  1. Smith, Huston. Agama-Agama Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.1995.
  2. Yu-lan, Fung. Sejarah Filsafat Cina. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007.
  3. Tanggok, Iksan. Mengenal Lebih Dekat Agama Tao. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.2006.                                                                                                                                
  4. ^ http://www.gb.taoism.org.hk/general-taoism/origin&formation-of-taoism/pg1-1-1-5.htm
  5. ^ http://www.gb.taoism.org.hk/general-taoism/origin&formation-of-taoism/pg1-1-1-6.htm












[1]. Huston Smith, Agama-Agama Manusia, (Yayasan Obor Indonesia, tahun 1985), hal.231
[2] . Fung Yu-Lan, Sejarah Filsafat Cina, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2007), hal.81
[3] Ebook. Iksan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Tao,(Jakarta: Lembaga penelitian UIN Jakarta), hal.17
[4] . I Djaja L, Siu Tao. 2000
[5] Ibid, 3
[6] Ibid.1
[7] Ibid.2

0 komentar:

Posting Komentar