Kata
Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Bismillahir rahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Ilahi Robbi atas
terselesaikannya ringkasan yang merupakan tugas dari mata kuliah Etika Islam.
Buku yang saya jadikan rujukan adalah buku karya Dr.
Amr Khaled dengan judul Buku Pintar
Akhlak: Memandu Anda Berkepribadian MuslimDengan Lebih Asyik, Lebih Otentik. Di
sini saya memilih buku ini karena buku ini mudah untuk dipahami oleh kalangan
umum khususnya untuk kalangan remaja. Selain itu buku ini dapat membantu kita
untuk memahami akhlak Nabi setahap demi setahap.
Sebagai mahasiswa, ucapan terima kasih saya haturkan
kepada Prof. H. Fauzan Saleh, Ph. D. yang sudah mengajarkan kepada saya
bagaimanakah akhlak yang baik itu. Dan sudah memberikan tugas untuk membuat
ringkasan tentang akhlak. Tidak lupa saya haturkan terima kasih kepada
teman-teman yang telah memotivasi saya untuk mengerjakan tugas ini, dan
khusunya kepada kedua orang tua saya yang selalu mendo’akan dan mendukung saya.
Saya menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam
hal pengetika maupun dalam hal tata bahasa. Oleh karena itu, sya mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Terakhir, mudah-mudahan resuman
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Kediri, 04 Desenber 2014
Penulis
A.
Pendahuluan
Masalah persahabatan adalah masalah yang muncul pada
zaman dahulu sampai zaman sekarang ini. Oleh karena itu, Dr. Ahmad Khaled
membuat buku yang berjudul Buku Pintar
Akhlak: Memandu Anda Berkepribadian Muslim dengan Lebih Asyik, Lebih Otentik
ini. Amr Khaled memotivasi pembaca agar berpegang pada karakter istimewa dan
menjabarkan urgensi setiap akhlak, pengaruhnya bagi kesuksesan diri sendiri dan
masyarakat, serta pahalanya di dunia dan akhirat.
Dr. Ahmad Khaled merupakan cendekiawan muslim yang
disebut-sebut sebagai salah satu orang yang berpengaruh di dunia. Selain itu,
Ia juag sebagai mubalig ternama dan moderator berpengaruh caliber dunia. Ia
banyak membuat buku-buku yang memotivasi para pembacanya. Kemudian buku-bukunya
diterjemahkan ke berbagai bahasa.
Dalam buku ini saya mengambil topik persahabatan.
Karena topik ikatan persahabatan seringkali merisaukan para orang tua. Kerana
persahabatan dianggap bisa menjerumuskan dan menghancurkan para pemuda, atau
sebaliknya, dapat memberi pencerahan dan petunjuk kepada mereka. Sebenarnya yang paling sering menghancurkan
seseorang adalah sahabat. Pada saat yang sama, yang paling sering memberi petunjuk
kepada seseorang juga sahabat.
Sebenarnya banyak anak yang sudah mendapatkan
pendidikan yang baik dari keluarga, khususnya orang tua. Tapi, sangat
disayangkan kebanyakan orang tua tidak begitu memperhatikan dengan siapa
anaknya bersahabat. Orang tua kurang peduli dalam hal persahabatan anaknya.
Kebanyakan dari mereka hanya memikirkan tentang bagaimana pendidikan yang baik.
Tak jarang orang tua mengetahui kebejatan anaknya setelah anaknya ditangkap
oleh polisi. Oleh karena itu, marilah kita pahami dengan siapakah kita
bersahabat dan bagaimana tingkah laku sahabat kita. Mereka berperilaku baik
ataukah buruk.
B.
Isi
Persahabatan bukanlah masalah yang muncul pada zaman
ini saja, melainkan pada zaman yang sudah silam. Persoalan ini juga disebutkan
did ala al-qur’an dan sunnah. Bahkan sejak nabi Musa a.s., ketika ia berkata: “Wahai Tuhan, lapangkanlah dadaku,
mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku supaya
mereka mengerti ucapanku. Berilah aku seorang pembantu dari keluargaku, yaitu
Harun saudaraku. Teguhkanlah dengan dia kekuatanku. Jadikanlah ia sekutu dalam
urusanku. Supaya kami banyak bertasbih kepada-Mu dan banyak mengingat-Mu.
Engkau Maha Melihat keadaan kami”. Dalam surah al-Furqan Allah Swt. Juga
memberikan contoh seorang manusia yang akan datang pada Hari Kiamat sambil
menggigit kedua tangannya. Banyangkan betapa malangnya nasib orang tersebut. “Dan (ingatlah) pada hari ketika orang yang
zalim menggigit kedua tangannya seraya berkata, ‘seandainya dulu aku menempuh
jalan bersama rasul. Oh, aku sungguh sangat celaka. Andai saja aku dulu tidak
menjadikan fulan sebagai sahabat akrabku. Ia telah menyesatkan diriku dari
al-Qur’an ktika al-qur’an dating kepadaku. Dan setan tidak mau menolong
manusia”.
Nabi saw, bersabda “Seseorang bergantung pada agama temanya. Karaena itu, hendaklah setiap
orang memperhatikan dengan siapa ia berteman.” Seorang sahabat bukanlah
orang yang karena kondisi tertentu Ia berada bersamamu. Tetapi, sahabat adalah
orang pilihanmu. Engkau harus melihat apakah Ia cocok dengan pendidikan,
lingkungan, akhlak, agama, dan tabiatmu. Karena itu, Rasul saw. Bersabda. “Seseorang akan bersama orang yang
dicintainya”. Karena seseorang akan dikumpulkan pada Hari Kiamat bersama
orang yang dicintainya.
A. Contoh
Teman Baik dan Teman Buruk
Rasulullah saw. Bersabda, “Perumpamaan teman duduk yang baik dan teman
duduk yang buruk adalah seperti pembawa minyak kasturi dan peniup uburpan (alat
tiup api tukang pandai besi)”. Perhatikan perbedaan yang sangat jauh
–sebagaimana gambaran Rasulullah saw.- antara teman yang baik dan teman yang
buruk.
Hal yang menakjubkan terdapat dalam
sejarah islam. Berikut ini adalah sebuah kisah yang sesuai dengan topik kita
kali ini, yaitu tentang Abu Jahal. Abu Jahal adalah seorang pemimpin kaum
kafir. Ia mempunyai seorang teman yang sangat dicintai, yakni ‘Uqbah ibn Abu
Mu’ith. Hubungannya dengan Abu Jahal demikian akrab. Hanya saja, kepribadian ‘Uqbah
lebih baik daripada Abu Jahal. Ia masih bisa diharapkan untuk menerima dakwah
nabi Muhammad saw. Suatu ketika hati ‘Uqbah mulai tergugah dan tergerak.
Kemudian ketika Abu Jahal melakukan perjalanan jauh ke luar negeri. Dengan
demikian, lenyap pula pengaruh yang menghalangi ‘Uqbah dari Islam. Mendengar
bahwa ‘Uqbah mau masuk islam, Abu Jahal malah berujar, “Demi persahabatan
antara diriku dan dirimu, hendaklah engkau hari ini kembali kepada Muhammad dan
meludahi wajahnya.” Sangat disayangkan, seperti kebanyakan manusia yang lebih
memilih dunia, ‘Uqbah ibn Mu’ith juga lebih memilih Abu Jahal daripada Nabi
saw. Ia lebih memilih sahabatnya itu. Ia bahkan berubah menjadi orang yang
paling menyakiti Rasulullah saw. Tidak ada orang yang berani kepada Nabi
Muhammad saw. Seperti ‘Uqbah ibn Abu Mu’ith.
Pada akhirnya, ia meninggal dunia dalam
keadaan kafir dan terbunuh dalam perang badar. Saat meninggal, tubuhnya
langsung membengkak dan tidak dilemparkan ke lubang bersama kaum kafir yang
lain karena baunya yang sangat busuk. Akhirnya, mereka menutupinya dengan tanah
ditempat ia mati. Sungguh kematian yang tragis.
Contoh sebaliknya adalah ‘Iyasy ibn Abu
Rabi’ah r.a. ‘Iyasy telah memeluk Islam. Hanya saja, tingkat keislamannya masih
sangat lemah. Ia bersahabat dekat dengan Umar ibn al-Khattab r.a. Maka, ia pun
ikut hijrah bersama Umar ibn al-Khattab dan para sahabat lain. kemudian,
tiba-tiba ibunya mengutus seseorang untuk menyampaikan pesan kepadanya, “Ibumu
akan meninggal dunia. Ia telah bersumpah untuk tidak akan tinggal di dalam
rumah dan tidak akan mandi. Ia akan terus berdiri di bawah terik matahari dan
tidak akan mandi sampai engkau kembali kepadanya.” Mendengar berita tersebut,
‘Iyasy terperanjat. Ia ingin kembali pada ibunya. Namun, Umar ibn al-Khattab
r.a. meneguhkannya, “Wahai ‘Iyasy, jika engakau kembali, engkau akan berpaling
dari kami”.
‘Iyasy berkata, “Aku harus kembali.”
Ketika Umar merasa bahwa peringatannya tidak lagi berguna dan ‘Iyasy tetap
bersikeras untuk kembali. Umar turun dari untanya. Ketika itu, ‘Iyasy tidak
memiliki unta. Kemudian, ia berkata, “Wahai ‘Iyasy, jika engkau tetap ingin
kembali, kembalillah dengan menaiki untaku ini. Mudah-mudahan ia bisa
mengingatkanmu kepadaku sehingga kembali lagi suatu hari nanti.” Akhirnya,
‘Iyasy menaiki unta tersebut dan kembali ke keluarganya. Ia mendapat siksaan
dan ujian berat. Nyaris saja ia berpaling dari agama ini. Unta Umar ibn
al-Khattab r.a. menjadi kenangan dan pengingat baginya. Setiap kali melihatnya,
ia ingat pada iman dan agama. Karena itu, ia kembali kepada islam berkat
sahabatnya, Umar r.a.
B. Pandangan
Para Pemuda
1. Teman
yang Tulus
Terkait dengan topik ini, ada sebuah
pengalaman pribadi. Dahulu, ada seseorang yang baru mulai taat, dia memiliki
temen istimewa. Temannya betul-betul membantunya dalam hal ketaatan. Ketika
mereka hendak berjumpa, sahabatnya berkata kepadanya, “kita berjumpa setelah
shalat ashar”. Sungguh sangat penting bagi seseorang untuk memiliki teman yang
membantunya taat kepada Allah SWT.
2. Dampak
Pendidikan
Persoalan ini berawal dari pembinaan dan
pendidikan agama. Betapa pun seseorang menemui bahaya atau menghadapi berbagai
kesulitan dan kesalahan, ia pasti kembali lagi kejalan yang lurus bila
permulaannya telah benar.
Aku adalah seorang wanita muda. Sejak
kecil aku belajar di madrasah. Mahasuci Allah, ketika tiba waktu shalat, kami
menghamparkan tikar dan menunaikan shalat secara berjamaah. Akan tetapi,
sayangnya, kondisi berubah. Aku pindah dari sekolah itu karena menuruti
keinginan ayahku. Mahasuci Allah. Ketika belajar di sekolah yang kedua ini, aku
menemui berbagai kesulitan dalam hal persahabatan. Aku sungguh merasa penat.
Aku sering mendatangi Ibuku dan menangis. Subhanallah,
berkat karunia Allah, dengan doa, sabar, dan tawakal kepadanya, akhirya aku
bisa mendapatkan seorang teman wanita. Seakan-akan Allah Swt. Menganugerahkan
persahabatan tersebut kepadaku sehingga kami bisa saling membantu. Segala puji
bagi Allah. Aku bisa memakai jilbab dan ia pun memakai jilbab. Ketika kami
kuliah, ia menjadi orang yang paling membantu. Ditengah-tengah perkuliahan, ia
berkata kepadaku, “Mari kita bertasbih kepada Allah Swt. Mari kita membaca
istighfar”.
3. Berlindunglah
kepada Allah dari Fitnahnya
Terkait dengan persahabatan baik dan
persahabatan buruk yang bisa menarik siapa pun kepada pemahaman tertentu, saya
akan menyebutkan seorang teman yang sangat baik kepadaku. Orang ini sebelumnya
sangat dekat dengan Allah. Ia sejenis kawan yang sangat memegang teguh
persahabatan. Namun, karena kondisi
tertentu, ia dihadapkan pada persahabatan yang lain. Persahabatan itu penuh
dengan kehidupan gemerlap, pergaulan malam, dan pesta pora. Sampai-sampai ia
menjadi suka begadang dan mulai tunduk kepada bisikan jiwanya yang negative
untuk bergabung bersama rekan-rekannya sepanjang malam. Setiap kamis ia
begadang sampai pagi.
Namun, lama-kelamaan begadang itupun
dilakukan setiap hari. Ia pun mulai meninggalkan shalat. Kehidupannya mulai
berubah total sampai pada tingkat memasuki bentuk kehidupan yang jauh dari
Allah. Aku berharap kepada Allah semoga ia ingat akan ucapannya yang banyak
mengubah teman-temannya menjadi lebih baik.
Manusia adalah makhluk sosial. Karena
itu, ketika engkau meninggalkan sahabat-sahabatmu, engkau harus berdoa kepada
Allah, “Ya Allah, berilah aku sahabat yang lebih baik, sahabat yang terhormat,
yang taat, yang membantuku untuk mendekat kepada-Mu, serta menjauhkanku dari
perbuatan maksiat.”
Sahabat ada tiga macam: 1) sahabat yang
bermaksiat, jauh dari agama dan akhlak; 2) sahabat yang baik tapi lalai; 3) sahabat yang taat.
Pertama,
sahabat
yang suka bermaksiat; Engkau harus menjauhinya karena sangat berbahaya bagimu. Kedua, sahabat yang lalai; sahabat yang
dimaksud disini adalah sahabat yang berakhlak baik dan tidak bermaksiat, tetapi
tidak bisa dikatakan taat. Engkau bisa berusaha untuk membimbing dan
mengawasinya dengan segala cara. Ketiga,
sahabat yang taat; sahabat semacam ini harus dijadikan contoh, panutan, dan
teladan.
C. Kisah
Teladan
1. Cinta
dan Persaudaraan Di Jalan Allah
Namaku Ahmad. Lahir pada 5 november 1971. Aku
bekerja di salah satu perusahaan mobil di Sittah Oktober, Kairo. Pada awal
studiku di SMU, kehidupanku terasa begitu menjemukan. Aku menjadi sosok yang
berbeda. Prestasi sekolah pun menurun. Aku banyak disibukkan dengan aktivitas
yang tidak bermanfaat. Semua itu memengaruhiku dan membuat nilai rapotku
anjlok. Akhirnya, aku masuk ke Akademi Militer. Setelah dua tahun berlalu, aku
mulai bimbang dengan studiku. Seolah tidak mungkin bagiku untuk meneruskan
kuliah di akademi ini. Meskipun keluargaku berusaha memenuhi semua permintaanku
asaltetap melanjutkan studi di akademi ini, namun justru hal tersebut semakin
membulatkan tekadku untuk keluar. Aku bahkan mendapat julukan ‘setan’ karena kenakalan dan
kebejatan moralku. Hingga sempat terlintas dalam pikiranku, “Hal terlarang
apakah yang belum kami lakukan?”. Kemudian hati kecilku menjawab, melakukan
riba. Kami telah melakukan semua yang haram dan terlarang.
Kemudian aku putuskan untuk kuliah
difakultas ekonomi, kuliahku tidak dibarengi niat untuk serius belajar dan
mendapat ilmu. Semua kulakukan untuk sebuah gengsi, bukan untuk menuntut ilmu.
Pada tahun kedua, aku mulai sedikit
perhatian dengan kuliahku. Aku mulai berfikir dan bersikap tenang. Sedikit demi
sedikit aku menjauhi sahabat-sahabat dekatku. Namun, kebetulan aku mempunyai
satu-satunya sahabat yang dapat aku andalkan. Namun ihab, seorang sahabat dan
tetangga dekatku. Ayahnya bekerja di Arab Saudi. Suatu ketika, kira-kira pada
pertengahan ramadhan, ihab menemui Ayahnya untuk beberapa minggu. Setelah
kembali dari luar negri , ia tampil dalam gaya dan karakter yang berbeda dari
sebelumnya, kulihat ia mulai mengerjakan sholat dimasjid. Cara berbicaranya
juga berbeda. Ia mulai menjelaskan kepadaku bahwa dirinya telah berubah dan
hidupnyapun berubah. Tentu saja, ia menjadi bahan tertawaan dan bahan
gurauan karena perubahan drastis
perilakunya. Bahkan, hubungan antara kami agak merenggang.
Salah satu kebiasaan burukku adalah
belajar sambil mendengarkan music di radio atau tape recorder. Secara
kebetulan, aku merasa bosan dengan koleksi kaset-kasetku, kulihat ada kaset
yang tak kukenal. Kupasanglah kaset itu di tape recorderku. Tenyata, kaset itu
berisi bacaan Al-Qur’an serta berisi bacaan do’a-do’a yang sangat indah dan
sangat menyentuh kalbu, dan ini pertama kali aku mendengarnya. Hari itu juga
aku tergerak untuk menunaikan sholat dimasjid.
Selepas sholat, aku merasa ada seseorang
yang menyentuh kepalaku. Ia mengelus dan mencium rambutku. Aku dikagetkan
dengan sosok yang kukenal, ia adalah tetanggaku dan sahabat dekat ayahku.
Jiwaku terasa demikian lapang. Kurasakan tubuhku gemetar dan kedua mataku
berlinang. Sebuah perasaan yang tak pernah kualami sebelumnya. Aku pun tetap
diam dimasjid hingga tiba sholat magrib dan isya’. Ketika itu imam membaca
ayat-ayat dalam surat Az-Zumar. Ia mulai dengan seperempat terakhir:
Katakanlah, “wahai hamba-hamba-Ku yang
telah melampui batas terhadap diri kalian sendiri, janganlah kalian berputus
asa dari rahmat Allah.”
Mendengar ayat tersebut, aku begitu
terkesan. Ketika keluar masjid, aku berpapasan dengan ihab. Baru saja aku
melangkah keluar, ia segera mendatangiku dan memelukku dengan sangat hangat,
pelukan yang tak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. Ia juga menciumku
sembari mengatakan sesuatu yang indah kepadaku, ia berkata: yakinlah bahwa
kemanapun engkau pergi, engkau tidak akan menemukan selain tempat ini dan
engkau akan kembali kepada-Nya lagi.”
Sejak saat itu aku telah merasa kembali,
dan aku tidaka akan pernah melupakan karunia Allah SWT yang telah mengirimkan Ihab
kepadaku, ia selalu bersabar menghadapiku, meskipun aku sering bermaksiat
didepannya tapi ia dengan tekun mengajakku untuk bertaubat, berwajah masam, dan
memakai jubah. Akan tetapi, aku melihat para pemuda itu demikian istimewa.
Mereka sangat taat dan beristiqomah menjalankan perintah Tuhan.
Suatu saat aku keluar bersama mereka,
bermain, bergembira, dan melakukan aktivitas sehari-hari, tetapi semua itu
tidak keluar dari koridor ketaatan kepada Allah SWT. Aku telah menemukan
komunitas pergaulan pengganti. Aku merasa harus mempunyai standar lain untuk
mengukur tindakan dan perbuatanku, yakni persaudaraan dan cinta dijalan Allah
SWT. Ahmad berkata, “ia telah menarikku ke dalam sebuah dekapan yang tidak akan
pernah kulupakan sepanjang hidupku.”
Hendakalah engakau memiliki seseorang
yang kaucintai, orang yang tidak hanya menginginkan kehidupan dunia. Engkau
mencintainya karena Allah dan kalian saling membantu untuk meraih surga dan
rida Tuhan. Ada sebuah hadits Nabi saw.: “Ada tujuh golongan manusia yang Allah
naungi di bawah naungan-Nya pada Hari Kiamat saat tiada naungan kecuali
naungan-Nya.” Di antara mereka adalah “dua orang yang saling mencintai di jalan
Allah.”
Dari cerita Ahmad di atas bagaimana ia
berkata, “Fulan mengusap kepalaku” dan “Fulan mendekapku”. Jiwa manusia senang
dengan hal semacam ini. Sekarang, tidak banyak orang yang melakukannya. Namun,
pada masa Nabi saw. Hal itu merupakan kebiasaan karena bisa melembutkan kalbu
manusia. Inilah bentuk kelemahlembutan Islam. Spirit Islamlah yang menjadi
landasan Ihab dalam berhubungan dengan Ahmad.
Kita bisa merasakan nikmatnya
persaudaraan ketika mendengar sebuah hadits qudsi berikut ini. Sebagaimana diriwayatkan
oleh Mu’adz ibn Jabal r.a. dari Rasulullah saw., Allah Swt. Berfirman,
“Cinta-Ku wajib untuk mereka ynag saling mencintai krena-Ku.” Artinya,
seandainya ada dua orang yang saling mencintai karena Allah tanpa mengharapkan
dunia dan harta, keduanya wajib mendapatkan cinta Allah.
Hudzaifah ibn al-Yaman meriwayatkan dari
Nabi SAW. Bahwa beliau bersabda, “seorang mukmin bila berjumpa dengan seorang
mukmin, lalu memberi salam, memegang tangannya, dan berjabat tangan,
berguguranlah dosa-dosa keduanya seperti bergugurannya dedaunan dari pohon.”
Rasullah SAW, mencontohkan penyatuan
para sahabat setelah perang uhud. Pada perang yhud jumlah kaum muslim yang
terbunuh sekitar 70 syuhada, sementara yang terluka begitu banyak. Hampir di
setiap rumah ada anggota keluarga yang menjadi syahid. Ketika itulah Nabi SAW.
Mulai mengarahkan mereka untuk menguburkan setiap dua orang dalam satu kuburan.
Para sahabat pun segara melaksanakan perintah Nabi SAW. Beliau sendiri saat itu
terluka parah, menangis, dan bersedih atas kematian Hamzah r.a. Beliau berkata
“Berhentilah sebentar! Carikanlah untukku Abdullah ibn Haram dan Amr ibn-Jamuh.
Kuburkanlah keduanya sekaligus, sebab keduanya saling mencintai di dunia.”
Ketika melihat banyak sahabat di dunia
yang saling berkhianat, saling merusak, dan saling mencelakakan. Namun, jika
engkau anda mencintai seseorang di jalan Allah dan karena Allah, tentu ia tidak
akan menyesatkanmu.
2. Engkau
adalah Bagian Dariku
Perhatikanlah kisah indah berikut ini.
Salman al-Farisi r.a. dipersaudarakan dengan Abu al-Darda’ telah menikah sejak
usia dini, sementara Salman agak telat. Salman yang mencari hakikat kebenaran
terus mencari keimanan di muka bumi. Karena itulah, Salman agak terlambat dalam
menikah, sementara Abu al-Darda’ telah mendahuluinya. Ketika memutuskan untuk
menikah, Salman memilih seorang wanita yang menarik hatinya dan berasal dari
salah satu kabilah. Hanya saja, ia merasa telah tua. Ia pun tampak berat untuk
pergi meminangnya. Salman merasa telah tua dalam urusan ini. Lalu, apa yang ia
lakukan? Ia mengutus Abu al-Darda’ untuk mendatangi ayah wanita itu. Abu
al-Darda’ pun segera pergi. Tiba-tiba, ayah wanita itu mengucapkan sebuah
pertanyataan yang sangat yang aneh, “Aku tidak akan menikahkan anakku dengan
salaman. Ia tidak menarik bagiku. Aku ingin engkau menikahi anakku.” Bayangkan!
Tentu saja, Abu al-Darda’ enolak dan
berkata, “Aku tidak mau meminang pinangan saudaraku.” Namun, orang itu menjawab, “Aku tidak akan
menikahkannya dengan salman. Aku ingin
menikahkannya denganmu. Temuilah salman dan katakan hal ini kepadanya.” Abu
al-Dard’ menolak. Orang itu kembali berkata kepadanya, “Kembalilah kepada
salman. Aku ingin engkau menikahi anakku.” Akhirnya, Abu al-Darda’ kembali
kepada saudaranya dalam kondisi bingung. Ketika melihatnya, salman bertanya,
“Ada apa, Abu al-Darda’, apa yang telah kau lakukan?” Abu al-Darda’ terdiam.
Salman terus bertanya. Akhirnya, Abu al-Darda’ mengungkapkan, “Ayahnya berkata
kepadaku, “Aku tidak menginginkan salman. Tetapi, yang kuinginkan adalah
engkau.” Dengar hal itu, salman menatapnya disertai senyuman. Ia berkata,
“Engkau tahu, Abu al-Darda’, perumpamaan antara diriku dan dirimu seperti
firman Allah, “kami lenyapkan segala
sakit hati yang terdapat dalam hati mereka, sementara mereka merasa bersaudara
duduk berhadap-hadap di atas dipan. Aku berharap kita seperti itu.
Pinanglah, Abu al-Darda’. Engkau adalah saudaraku. Engkau adalah bagian
dariku.”
Sejarah menceritakan bagaimana ikrimah
ibn Abu Jahal mendapatkan luka pada perang yarmuk. Ikrimah bersama saudara
sesama muslimnya sekarat. Keduanya merasa sangat kahausan. Lalu, seorang
membawa air datang kepada Ikrimah tpi ia berkata, “Aku tidak mau minum sebelum
saudaraku itu meminumnya.” Orang itu pun beranjak menuju sahabat Ikrimah.
Namun, sahabatnya itu pun mengatakan hal yang sama, “Aku tidak mau minum
sebelum Ikrimah minum.” Si pembawa air terus mengintari orang-orang yang
kehausan sampai melewati sepuluh orang dari mereka. Semuanya membutuhkan air
yang barangkali bisa menyelamatkan hidup mereka. Akan tetapi, masing-masing
berkata, “Aku tidak mau minum sebelum saudaraku minum.” Akhirnya, si pembawa
air setelah melewati sepuluh orang kembali lagi kepada Ikrimah. Ternyata
Ikrimah telah meninggal dunia di jalan Allah.
Percayalah dengan contoh tersebut. Cinta
karena Allah bisa berbuat lebih dari itu. Ada seorang sahabat yang mendatangi
saudaranya saat Nabi saw. Mempersaudarakan dirinya dengan orang itu. Ia
mengetuk pintunya dan berkata, “Mari kita duduk menambah Iman sejenak.”
C.
Kesimpulan
Pada paruh pertama, telah membahas tentang
arti sebuah sahabat. Pada paruh kedua, beralih kepada: “Carilah, wahai
saudaraku, orang yang kaucintai karena Allah.” Barang siapa yang tidak
mendapatkan sahabat yang dicintai karena Allah, niscaya ia hidup di dunia tanpa
pernah menikmati perasaan terindah di dunia. Ia adalah orang yang membuatmu
tenang karena ia adalah teman yang amat tulus dan engkau pun tentram
bersamanya. Sebaiknya para pemuda dan pemudi memilih sahabat yang baik yang
dapat mengantarkan kejalan Allah dan supaya tidak menyesal sepanjang masa.
menarik
BalasHapus