BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Tor andrea adalah seorang mahaguru berkebangsaan
jerman. Dalam karyanya Muhammad, sein leben und sein glaube. Ia memiliki
pandangan tentang Nabi Muhammad dan kitab suci Al Qur’an yang di turunkan
kepada Muhammad yang mana melalui perantara suara.
Prof. Dr. Tor Andrae, menerangkan bahwa Muhammad
tampaknya termasuk tipe mendengar suara. Wahyu yang diterima ditekan kepadanya
oleh suatu suara yang dia atribusikan kepada malaikat Jibril.
Al-Qur’an
tidak diturunkan sekaligus berupa buku lengkap, melainkan ayat demi ayat dalam
masa 23 tahun, catatan tersebut lantas disusun merupakan mushaf seperti yang
terdapat sekarang, oleh sebuah team yang ditunjuk khalifah Ustman di bawah
pimpinan Zaid bin Tsabit; dan penyusunan ayat-ayat pada setiap surah mengikuti
petunjuk yang pernah diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. Pada masa hidupnya.
B. Rumusan
masalah
a. Bagaimana
pandangan Tor Andrae mengenai sikap terhadap pribadi Nabi Muhammad?
b. Bagaimana
pandangan Tor Andrae mengenai Sikap Terhadap Kitab Suci Al-Qur’an?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sikap
Tor Andrae Terhadap Pribadi Nabi Muhammad
Sikap dan pandangan berbagai tokoh dari abad-abad
sebelumnya, kini dikemukakan pandangan tokoh-tokoh dari abad ke-20. Seorang
diantaranya ialah tor andrea menulis sebagai berikut:
Yang artinya: Inspirasi Muhammad adalah murni
sepanjang pengertian psikologis yang sudah lebih dahulu ditegaskan secara
insindental. Sukar untuk dipercayai bahwa seseorang akan mampu memenangkan
kepercayaan sedemikian mutlak, ataupun mampu membangkitkan kesan sedemikian
rupa atas orang sektornya, andai dia tidak memiliki keyakinan yang melimpah dan
meyakinkan di dalam pesan yang dibawanya. Muhammad menganggap seruannya dengan
kejujuran yang sesungguh-sungguhnya; Ia merasa hatinya gemetar di depan penguasa
hari kemudian, dan menyambut jabatan yang ditugaskan kepadanya dengan takut dan
gemetar. Seandainya (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atasa (nama)
kami. Niscaya kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian pasti kami potong
tali urat jantungnya. Maka tidak ada seorang pun dari kamu yang mampu
menghalangi (kami). Dan sunggguh Al-Quran itu benar-benar pelajaran bagi yang
taqwa, (surah Al-Haqqah 69:44-48). Muhammad menolak setiap permohonan untuk
bertindak sebagai pelaku-Mukjizat, dan secara tegas menolak seluruh
tahyul-tahyul mengenai dirinya.
Dia hanyalah manusia biasa seperti manusia lainnya;
tidak menyandarkan perlindungan kepada sumber-sumber samawi, bahkan dia bukan
menguasai nasibnya sendiri, apalagi akan menentukan nasib orang lain. Memang,
semua keterangan itu bersal dari kota Mekkah. Tapi tidak ada suatu pun
menunjukkan bahwa Muhammad itu berikhtiar mengeksploitir penghormatan yang
bersifat tahyuli terhadap dirinya (sewaktu sudah berada) di madinah, sewaktu para
mukmin di madinah ingin memperlakukanya dalam seluruh peristiwa, bahkan dalam
perkara-perkara yang terpandang penting, ia tidak pernah menonjolkan
wewenangnya ataupun menyelamatkan posisinya dengan jalan mukjizat.
Demikian pandangan Tor Andrea mengenai pribadi Nabi
Besar Muhammad SAW. Tor andrea adalah seorang mahaguru berkebangsaan jerman.
Dalam karyanya Muhammad, sein leben und sein glaube, tertulis antara lain:
Yang artinya: studi tentang kehidupan Muhammad dan
karyanya berkembang demikian cepat hingga apologi tidak diperlukan lagi bagi
penerbitan studi yang utama. Kita sudah mencapai tahap yang mungkin untuk
mendekati pribadinya dengan ukuran pemahaman dan keseimbangan yang tidak
mungkin memperolehnya pada beberapa decade yang silam. Diharapkan karya ini
akan disambut dengan gairah oleh para mahasisiwa agama, pecinta biografi, dan
para penganut islam.[1]
B. Sikap
Orientalis Terhadap Kitab Suci Al-Qur’an
Kitab suci Al-Qur’an menempati kedudukan sebagai
sumber hokum paling otentik dan paling asasi dalam agama islam. Al-Qur’an tidak
diturunkan sekaligus berupa buku lengkap, melainkan ayat demi ayat dalam masa
23 tahun, baik di makkah maupun di yasrib (madinah). Setiap ayat yang
diturunkan itu dihafalkan oleh para pengikut Nabi Muhammad SAW. Dan dituliskan
pada pelepah-pelepah tamar yang diraut dan disusun rapi, seperti halnya bambu-bambu
yang disusun pada lontar di bali dan pustaha di tanah batak. Sebagiannya
dicatat pada lembaran perkamen dan lembaran papyrus.
Pada masa pemerintahan khalifah Utsman bin affan
(23-35 H/644-655 M), himpunan catatan tersebut lantas disusun merupakan mushaf
seperti yang terdapat sekarang, oleh sebuah team yang ditunjuk khalifah Ustman
di bawah pimpinan Zaid bin Tsabit; dan penyusunan ayat-ayat pada setiap surah
mengikuti petunjuk yang pernah diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. Pada masa
hidupnya.
Prof. Dr. Tor Andrae, tokoh orientalis dari jerman
menulis mengenai kitab suci Al-Qur’an sebagai berikut:
“Muhammad tampaknya termasuk tipe mendengar suara (auditory
Type). Wahyu yang diterima ditekan kepadanya oleh suatu suara yang dia
atribusikan kepada malaikat Jibril. (Mohammed apparently belonged to the
auditory type. His revelations wewrw dictated to him by a voice which he
anttributed to the angel Gabriel). Pembuktian atas kemurnian wahyu yang
diterimanya itu dikemukakan Muhammad dalam surah Al-Qiyamah, 75: 16-19, yang
disitu kita baca: jangan kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena
hendak cepat-cepat (menguasainya). Sesungguhnya atas tanggungan kamilah
mengumpulkan (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selasai
membacakannya, maka ikutilah membacannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas
tanggungan kamilah penjelasannya, justeru sang Nabi itu tidaklah menggerakkan
lidahnya dengan sengaja membentuk lebih dulu kata-kata yang akan diucapkan
malaikat. Tapi dengan tenang dan diam, dia menantikan bacaan malaikat, dengan
jaminan bahwa kaliamat-kalimat ilahi itu akan tetap membekam di dalam
ingatannya; surat Al- A’la 87: 6-8.
Tor andrae membicarakan panjang lebar tentang
Al-Qur’an sebagai himpunan wahyu dengan membahas pengertian wahyu dan hal-hal
yang berkaitan dengan wahyu, dan membandingkannya dengan kepada Nabi-nabi yang
tercantum di dalam Holy Bible; selanjutnya membandingkannya kepada
kenyataan-kenyataan yang dialami seniman-seniman terbesar sewaktu menerima
ilham (inspiration) bagi setiap karyanya. Dalam hal itu Tor Andrae
mengemukakan data-data yang ditemukan di dalam Al-Qur’an sendiri beserta setiap
Hadits Al Mutawatir tentang keadaan Nabi Muhammad SAW. Sewaktu menerimakan wahyu,
lalu menyorotinya sepanjang teori-teori psikologi mutakhir. Berdasarkan semua
itu tor andrae lantas menolak pendapat penulis-penulis Bizantium pada masa dulu
(certain Byzantine writers) dan pendapat penulis-penulis Barat pada masa lampau
(past western writers) tentang wahyu yang diterima oleh nabi Muhammad itu,
dengan kalimat yang begitu tegas. Tidaklah terlampau banyak nilai bisa
diberikan kepada uraian-uraian yang sudah merupakan tradisi selama mengenai
wahyu yang diterimakan sang Nabi itu, dan selanjutnya menegaskan lagi bahwa
kemurnian wahyu itu bisa, dan bahkan mesti dipahamkan dalam pengertian yang
lebih mendalam. Yakni penilaian itu mestilah ditikberatkan pada isi pesan (messages)
yang dibawa oleh sesuatu yang dikatakan wahyu itu. Dan ternyata pesan yang
dibawa Muhammad itu rasional dan bersifat universal.[2]
BAB III
PENUTUP
Tor andrae
adalahn salah satu tokoh orientals yang menceritakan kepribadian Nabi Muhammad.
Tor andrae beranggapan bahwa Muhammad menolak setiap permohonan untuk bertindak
sebagai pelaku-Mukjizat, dan secara tegas menolak seluruh tahyul-tahyul
mengenai dirinya. Dia hanyalah manusia biasa seperti manusia lainnya; tidak
menyandarkan perlindungan kepada sumber-sumber samawi dalam agama islam.
Al-Quran tidak diturunkan secara sekaligus melainkan di turunkan secara
mutawatir.
Tor andrae
membicarakan panjang lebar tentang Al-Qur’an sebagai himpunan wahyu dengan
membahas pengertian wahyu dan hal-hal yang berkaitan dengan wahyu, dan
membandingkannya dengan kepada Nabi-nabi yang tercantum di dalam Holy Bible.
Selain itu, tor andrae lantas menolak pendapat penulis-penulis Bizantium pada
masa dulu (certain Byzantine writers) dan pendapat penulis-penulis Barat pada
masa lampau. Karena sewaktu Nabi Muhammad menerima wahyu, menyorotinya sepanjang
teori-teori psikologi mutakhir.
DAFTAR PUSTAKA
Sou’yb, M.
Joesoef, Orientalisme dan Islam.M Jakarta:
Bulan Bintang, 1995.
0 komentar:
Posting Komentar